Sabtu, 10 Oktober 2020

The Google Boys

 Siapa yang gak kenal Google?

Perusahaan yang saat ini memiliki kapitalisasi pasar terbesar di dunia ini dahulu didirikan secara susah payah di sebuah garasi kecil. Walau begitu, sang pemilik memiliki mimpi besar: Bahwa ia yakin, suatu saat nanti ciptaannya dapat memberikan dampak besar bagi dunia.

Ia tak salah, 20 tahun kemudian, Google menjelma tidak hanya menjadi mesin pencari paling banyak dipakai di seluruh dunia, tetapi juga menjadi perusaan listing terbesar di dunia.


Maka begitulah mimpi. Jangan pernah mengkerdilkan suatu mimpi.

Saya pribadi tipe orang yang percaya dengan kekuatan mimpi. Dahulu, Sergey Brin sangat mempercayai Larry Page untuk sama-sama mengaktualisasikan passionnya. Mengotak-atik perangkat lunak, membiarkan imajinasinya bekerja. Biarpun sering dicemooh dan diremehkan banyak orang, toh saat ini, siapa juga yang akan meremehkan mereka berdua. Kerja keras mereka berdua mendapatkan hasilnya saat ini. 

Saya jadi berpikir, bahwa dibalik kesuksesan seseorang, ada sosok yang mendoakan dan juga mendukung penuh perjuangan kita. Selayaknya duo pendiri Google: Sergey Brin - Larry Page. Keduanya merupakan seorang sahabat yang bersama-sama membangun mimpinya.


Ingat. Beberapa tahun lagi saya ingin seperti mereka berdua. Memiliki ciptaan yang berdampak bagi orang banyak, digunakan oleh orang dari seluruh dunia dan juga memiliki kekayaan tak terhingga sehingga dapat melipatgandakan berbagai potensi kebaikan yang ada demi bekal di akhirat nanti. Bismillah.

Selasa, 09 Juni 2020

Perjalanan Peradaban

Ada yang bilang, proses merubah peradaban itu proyek jangka panjang. Ga bisa diselesain sama satu generasi.  Eh, emang iya yah?

Ada yang kenal Sholahuddin Al-Ayyubi?
Salah satu pahlawan perang salib. Doi padahal dilahirkan dari dinasti kecil, tapi kontribusinya buat peradaban besar banget. Kurang lebih 3 generasi di atasnya, belum mampu membebaskan Yerusalem. Sampe akhirnya, lewat tangannyalah Al-Quds disucikan.

Atau, Al-Fatih deh. Siapa bilang naklukin Konstantinopel 'cuma' 56 hari aja?
Ternyata, perjalanannya lebih panjang dari itu. Sejak jaman Rasul, kekaisaran Romawi Timur itu udah dijagoin banget kehebatannya. Selama berabad-abad, temboknya susah ditembus. Sampe akhirnya, hegemoni Bizantium Eropa Timur berhasil digantikan oleh dinasti Utsmani. Selama berabad-abad selanjutnya, keturunan Al-Fatih inilah yang mewarnai Eropa dengan cahayanya.

Al-Fatih dan Al-Ayyubi ini jadi segelintir contoh bahwa merubah peradaban itu ga bisa seorang diri. Prosesnya itu ga bisa diselesaikan oleh satu generasi, tapi ini adalah suatu kerjaan berantai yang harus diselesaikan secara berkesinambungan. Ayah ke anak. Anak ke cucu. begitu seterusnya.

Maka, penting untuk selalu merawat keresahan. Penting untuk sedari kecil, memiliki mimpi besar. Gua kalo punya anak pengen jadi Polisi, gua bakal kritisi.

"Kamu mau jadi Polisi yang gimana, Nak?"
"Coba jangan jadi Polisi yang biasa aja"
"Kalau mimpimu jadi Polisi, jadilah pemimpin para Polisi yang bisa menginspirasi anak buah kamu untuk jadi lebih baik. Putuskan mata rantai keburukan di institusi sana"

Dengan begitu, gua yakin mimpi anak gua gak akan bisa selesai oleh dirinya. Tapi boleh jadi, anak gua udah memulai untuk menjalankan mimpinya tersebut. Pelan-pelan, dari teman-temannya, lalu ke atasannya, lalu berlanjut ke anak cucunya. Semua masih ingat keresahan dari anak gua, bahwa institusi Polisi harus dibereskan. Yang tidak baik, singkirkan. Yang baik, terus pertahankan.

Itu contoh yah.

Begitu juga kalo kita bicara aspek fundamentalnya, bicara mengenai peradaban. Gua selalu iri, bahwa kakek-buyut kita keren banget peradabannya! Sedangkan kami di sini, serasa terseok-seok mengikuti perkembangan jaman.

Kapan yah, kita bisa punya universitas termasyur yang isinya ilmuwan-ilmuwan seluruh dunia kayak di Cordoba masa lalu?
Kapan yah, kejayaan dinasti abbasiyah bisa terulang lagi? Dulu, nyari penerima zakat aja susahnya minta ampun.
Kapan yah, kapan yah, kapan yah. Terlalu banyak kapan yah kalau membandingkan peradaban keemasan muslim masa lalu, dengan masa sekarang.

Sekarang kondisinya sama. Mungkin generasi saat ini sedang berusaha, memperbaiki sistem demokrasi dan mengoreksi kebijakan negara yang acak adut tiap harinya. Tapi gua yakin, perjuangan ini gak akan selesai. Generasi sekarang bukan generasi Soekarno, yang tinggal memfinalisasi kemerdekaan, setelah sebelumnya sudah dimulai oleh perjuangan merebut kemerdekaan sejak Belanda hadir ke Indonesia.

Perjuangan kita belum, atau bahkan baru saja dimulai.
Teruslah berbagi keresahan.
Teruslah memperpanjang nafas pergerakan.

Hayaa alal falaah,
Mari meraih kemenangan!


Depok, 9 Juni 2020

Jumat, 19 Oktober 2018

Lelah Berorganisasi


Hasil gambar untuk semangat hidup

Akhir-akhir ini gua lagi sering bertengkar. Bukan sama orang, tapi sama hati sendiri.

Sering gak sih kalian ketika memutuskan sesuatu, selalu ada pertentangan dalam diri? Antara hati VS akal, yang satu menolak yang satu setuju. Begitu terus. Sampe kepikiran tiap sebelum tidur, bahkan kebawa sampe sholat. Gak cuma di kamar mandi, tapi sampe ke dalam ruang mimpi. Kepikiran. Persis kayak keadaan gua sekarang nih.

Sejak masuk awal semester 5, udah timbul rasa malas untuk berorganisasi dalam diri gua. Gua menganggap, bahwa gua udah selesai dengan ini semua. Abisnya, dari semenjak Maba, gua udah coba segala hal yang bahkan anak-anak taun ketiga atau keempat juga belom mencoba apa yang udah gua coba ketika itu. Mungkin sebelumnya udah pernah gua cerita yah, gimana dulu gua pernah jadi Ketua Timses, terus jadi Kepala Sekolah Montesquieu dan bahkan yang terbaru gua terpilih jadi Ketua angkatan School of Leader, sebuah sekolah kaderisasi tingkat Universitas untuk jebolin para Ketua BEM Fakultas. Selesai menggapai ini semua, jadi males sendiri. Entah anggapan orang kayak apa, tapi gua sendiri males kalo udah berada di puncak. Apa yang gua harapkan dan inginkan, rata-rata udah tercapai semua. Makanya gua jadi males dan kurang motivasi untuk jalanin sisa amanah yang ada di pundak gua sekarang.

Beberapa hari ini, gua ngerasa jadi kurang produktif gitu. Banyak tidur-tiduran di kosan, berangkat kuliah selalu mepet, beda kayak dulu yang 2 jam sebelum kuliah udah harus siap-siap. Sekarang mah, selalu dateng pas-pasan bareng dosen dateng. Selesai kuliah juga sama, biasanya gua langsung cari kesibukan atau ngobrol sama banyak orang, tapi akhir-akhir ini gua lagi seneng diem aja di kamar.

Gak tau yah, mungkin ini pengaruh umur juga. Semakin tua, gua semakin males untuk membuka diri ke banyak orang. Jadi males dengan keramaian. Maunya diem di kamar aja. Karena gua merasa lebih bahagia diem di kamar dibandingkan ada di luar.

Semangat berorganisasi gua udah gak kayak dulu. Gua sadar kok, dulu gua terkenal dengan etos kerja yang tinggi. Iyalah, kala itu gua masih merasa haus banget dengan segala pengalaman organisasi. Seneng ketika dapet kerjaan yang menantang. Sekarang mah apaan, dikasih panggung pun juga udah males. Lebih sering mempersilahkan orang lain aja  untuk banyak tampilnya. Mungkin ini soal berbagi peran kali yah, karena dulu gua berperan sebagai anak baru maka seneng nyari panggung kesana kesini, tapi karena gua sekarang sudah tingkat 3, maka sudah seharusnya memberikan panggung untuk para adik tingkat gua.

Entahlah, sekali lagi pengen gua tegasin, hasrat gua untuk berorganisasi udah gak setinggi dulu.

Beberapa kali gua coba untuk bermuhasabah diri, gua kenapa nih?

Pembelaan gua, mungkin karena umur yang udah menginjak 20 tahun. Usia yang kata orang-orang jadi titik balik untuk merangkai mimpi dan mulai merapihkan tujuan hidup.

Mungkin karena gua butuh hobi baru. Jadinya supaya semangat lagi mencari hal yang sebelumnya belom pernah gua coba.

Mungkin gua butuh gebetan atau pacar, supaya ada yang nyemangatin tiap saat dan semangat untuk ketemu banyak orang lagi -gak diem aje di dalam kamar-. 

Entahlah.

Sebagai orang yang percaya bahwa kelak seluruh amanah ini akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak, gua sih masih mencoba untuk menyelesaikannya. Tapi ya gitu, beda kayak dulu-dulu yang selalu semangat dan all out untuk beramanah, sekarang kayaknya susah banget untuk kayak gitu. Jadinya, gua kerja ya asal kerja aja. Kayak gak disertai ruh dalam setiap kegiatan yang gua jalankan.

Kerja untuk menggugurkan tanggung jawab doang. Tidak dengan penuh penghayatan untuk mengerjakan amanahnya.

Kini, masih ada beberapa amanah yang harus gua selesaikan. Entah dalam lingkup Fakultas maupun Universitas. Apalagi, sekarang lagi masa-masanya pergantian kepemimpinan. Semua orang berlomba untuk menggapai apa yang diingkannya dalam dunia kemahasiswaan. Gua sendiri masih bingung, ingin kemana nantinya.

Kalo kata hati harus A, tapi kata pikiran mending B. Kata pikiran, ikutin apa yang sesuai dengan passion gua supaya nanti kariernya bagus, tapi kata hati ikutin aja apa yang gua senangi yang penting gua nyaman menjalankannya. Selalu bertengkar, gak pernah berhenti.

Mungkin, masih ada waktu untuk sama-sama memperbaiki diri. Gua juga lagi butuh banget suplemen penyemangat ataupun saran agar gua bisa keluar dari masa-masa ini. Sejujurnya, gua sih gak terlalu 'mengutuk' tentang keadaan gua yang jadi gak bersemangat untuk berorganisasi ini, karena emang gua paham mungkin ada masa serta waktunya setiap orang ngerasain apa yang gua rasain sekarang. Tapi harapannya sih, ya jangan lama-lama kayak gininya.

Sepakat deh, umur kan gak ada yang tau. Selagi masih diberi umur, emang lebih baik diri ini diwakafkan agar bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya orang.

Sabtu, 25 Agustus 2018

Buku Pertama #ThePowerOfLove Telah Terbit! #Part1


Kita tau bahwa perbuatan konsumerisme itu hal yang gak baik untuk dilakukan. Sederhananya, konsumerisme itu perbuatan yang terlalu banyak memakai/menggunakan suatu hal sampai akhirnya terbitlah kata 'mubazir'. Ya pokoknya gitu. Contoh nih, orang yang main game terus tapi gak pernah ikut kejuaraan atau gak jadi youtuber cuma main-main doang ya Dia udah menerapkan pola konsumerisme. Orang yang berpikir terus tapi gak pernah bertindak, nah konsumerisme juga tuh terhadap pikiran. Termasuk juga orang yang sering baca tapi gak pernah menulis, ini konsumerisme banget.

Tapi alhamdulillah, untuk yang terakhiri ini gua terhindar darinya. Dari dulu, gua sering banget membaca. Apa aja gua baca; Novel, biografi, komik semuanya gua baca, cuma buku pelajaran aja yang enggak.

hehe


Jadi di rumah gua itu ada banyak lemari buku, dan tiap lemari isinya buku yang bermacam-macam. Misalnya, di lemari atas itu biasanya ada komik-komik Detective Conan dkk serta ada majalah remaja 'Provoke', gua abisin semua. Budaya seneng membaca ini gua lakukan sejak SMP. Bahkan gua bisa dibilang 'telat' untuk suka membaca ini karena sebelumnya adek gua yahya udah seneng membaca duluan. Akibat terlanjur gengsi dan gak mau kalah, ya gua suka baca juga. Semakin hari hormon endorphin yang ada di dalam diri gua melepas bebas saking puasnya membaca, dari yang awalnya bacaannya cuma komik, terus gua lanjut baca novel remaja juga beberapa buku biografi. Bicara soal novel remaja, jadi dulu Teuya tergabung gitu sebagai penulis remaja, nama komunitasnya FLP (Forum Lingkar Pena) nah ini bener-bener legend banget. Dari jamannya Asma Nadia masih 'muda' kakak gua udah kenal deket sama beliau. Gua aja yang telat nyadar, baru baca tulisan geng FLP pas udah SMP, sekarang gua baru sadar pas udah kuliah gini karena ternyata link buat deket ke para penulis keren itu udah kebuka sejak dulu. 

Bahkan baru gua temuin lagi di album foto sunatan, bahwa Asma Nadia sempet dateng ke sunatan gua waktu itu. Gila gak tuh.

Balik lagi ke pola konsumerisme tadi, sampai akhirnya gua berpikir bahwasannya membaca tanpa menulis ini bakal percuma. Ide-ide gua tentang menafsirkan apa yang gua baca gak bakal bisa diterima banyak orang nih kalo gua cuma membaca. Akhirnya gua pun nulis Blog mulai tahun 2011 sampai sekarang. Nah ini nih, yang kalian lagi baca sekarang ini merupakan proses perjalanan pemikiran seorang Ilyas Muttaqin dari mulai akil baligh sampai sekarang.

7 Tahun menulis sekaligus ngelola blog itu gak mudah. Gua bukan tipe orang-orang yang cuma make sosial media karena lagi hype doang. Lagi jaman ngeblog, bikin blog. Lagi jaman askfm, bikin askfm. Lagi jaman path, bikin path. Gua udah nulis blog dari yang cuma dipake bocah-bocah cuma untuk nge-review temen-temen kelasnya doang sampe sekarang pun gua masih main. Dari yang susah banget ngedapetin views ratusan sampe sekarang puluhan ribu views udah gua dapetin disini. Ehehe

Selesai di blog?
Ya enggak dong sayangku, cintaku, my honeyyy


Sejak SMA gua emang ada kecendrungan untuk menjadikan tulisan yang ada di blog ini nantinya akan jadi buku. Walaupun enggak ngerti gimana caranya bikin buku, pokoknya gua nulis dulu aja deh yang penting. Tiap baca tulisan Raditya Dika yang berseliweran di rak buku atau headline "Telah dibaca lebih dari 10 juta viewers di Wattpad" di novel-novel gua jadi makin semangat untuk menulis.

Allah pun semakin memudahkan!


Pas kuliah, alhamdulillah gua selalu dipertemukan dengan berbagai macam orang hebat. Salah satunya bang Robi Afrizan. Gua kenal beliau sejak Maba padahal, tapi entah kenapa baru gua 'eksploitasi' beliau ini akhir-akhir ini. 

KENAPAA GAK DARI DULU WOI

Inilah salah satu penyesalan terbesar gua dalam hidup. Perlu diketahui, Robi Afrizan ini salah satu penulis buku best sellers remaja muslim yang karyanya udah lebih dari 12 buku. Dia mulai menulis itu kelas 3 SMA atau sekitar 5 tahun yang lalu. Kalo di rata-ratain nih, tiap 6 bulan sekali dia nulis buku. Produktif banget kan?

Berkat deket sama beliau belakangan ini, gua pun jadi semakin termotivasi untuk menulis. Ibarat bergaul dengan tukang minyak wangi maka kita akan terkena wanginya, maka gua pun harus gaul dengan penulis supaya tertular menulis. Alhamdulillah, beliau kooperatif banget dan bersedia untuk membimbing menulis.

Buku #ThePowerOfLove ini jadi salah satu pembuktiannya. Emang sih, buku ini bentuknya ontologi jadi kesan sebagai pembuktian akan kebanggaan sebagai penulisnya jadi agak berkurang. Bagi yang belum tau apa itu ontologi, jadi ontologi itu tulisan yang disatukan dari banyak penulis. Nulis rame-rame lah. Buku ini emang ditulis lebih dari 50 penulis se-Indonesia dan alhamdulillah gua pun masuk di dalamnya. Bentuk tulisannya essay yang temanya bebas asal mengandung nilai kebaikan.

Yah, bagi yang penasaran, bisa langsung pesen di gua secara langsung. Bisa lewat PC ataupun hubungi gua lewat berbagai macam sosmed yang gua punya.

PO-nya udah mulai kok dari tanggal 12 Agustus kemaren! tapi bagi yang telat mesen, masih bisa nih. Jangan sampai keabisan yaa.

Akhirnya, gua pun bisa membuktikan bahwa ketika gua sering membaca, maka konsekuensinya adalah gua harus lebih sering menulis. Gak cuma menulis untuk diri sendiri, tapi kalo bisa dibagikan ke orang lain. Ada ungkapan bahwa 1 peluru itu cuma bisa mengenai 1 kepala, tapi 1 tulisan itu bisa mengenai banyak kepala. Makanya, kalo mau jadi orang yang bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya orang bisa banget untuk jadi penulis.

Nantikan karya gua selanjutnya yak!
Bismillah.





Minggu, 15 Juli 2018

Dasar Kampung!

Selalu mengesankan tiap pergi ke Jakarta tuh. Walaupun Gua tinggal di pinggiran Jakarta alias di Depok, tapi selalu seneng aja gitu liat gedung-gedung di Jakarta. Ada yang tinggi, ada yang pendek ada yang gak tinggi dan gak pendek. Banyak deh pokoknya.

Tanggal 14 Juni kemaren, Gua berkesempatan untuk melakukan interview di gedung Equity Tower, kawasan SCBD Kuningan, Jakarta. Salah satu tempat paling elite di Indonesia. Katanya sih nih ya, sekitar 30% kekayaan nasional diaturnya dari dalam gedung-gedung disini. Percaya sih, abisnya gedungnya mewah banget. Oiya, bagi yang kepo Gua interview apa, jadi kebetulan dan Alhamdulillah nya Gua lolos dalam rangkaian seleksi beasiswa SCG Sharing the Dreams. Nah, sesi interview inilah tahap final seleksinya. Karena SCG merupakan perusahaan multinasional, jadilah Gua diwawancara di tempat yang multinasional pula. Oiya, beasiswa SCG ini dikelola sama Ancora Foundation punyanya Om Gita Wirjawan, mantan Menteri Perdagangan Indonesia.

Bergengsi banget keknya yah?

Gua sih, bersyukur banget. Pertama, karena berhasil lolos sampe tahap ini. Yang kedua, karena berhasil dikasih kesempatan buat masuk ke gedung mewah. Yang ketiga, sesi wawancara nya itu make bahasa Inggris.

Image result for equity tower
Kira-kira beginilah gedung Equity Tower. Salah satu yang paling tinggi di kawasan SCBD. Lokasinya deket Pacific Place dan lurus searah Stadion GBK. Sumber: Pinterest

Gara-gara kebanyakan nonton film action, tiap masuk gedung rasanya kayak ada kejahatan yang selalu mengintai deh. Gua amati sisi pengamanannya, wajah-wajah satpamnya dan bahan gedungnya. Takut-takut ada Terorist atau penembakan aja gitu halusinasinya.

Bener aja, pas Gua masuk kesini, Gua udah salah masuk pintu dong. Kebetulan Gua dateng jam 7 pagi. Satpam juga masih licin rambutnya. Nah, karena saking percaya dirinya, Gua kurang nyadar diri, kalo Gua belom pernah masuk gedung semewah ini sebelumnya. Jadi asal masuk aja, pokoknya gua menuju pintu. Tapi ternyata salah, setelah Gua dorong-dorong, kok gak kebuka. Eh gak lama, ditegur sama Satpam. Kalo ternyata itu bukan pintu masuk. Masuknya lewat sisi yang satunya lagi.

Oke, baru masuk aja Gua udah melakukan kesalahan. 


Image result for interior equity tower
Beginilah kira-kira lobby utama dari Equity Tower. Sumber: Rumah.com

Akhirnya Gua menemukan lobby utamanya. Tapi pikiran Gua tetep liar, adegan film-film selalu bergentayangan di pikiran Gua. Baru masuk, Gua udah disuguhkan SOP pengamanan untuk naro tas di mesin X-Ray nya, yang kaya di bandara-bandara gitu dan badan Gua harus masuk pintu yang bunyinya "Tettt" gitu. Alhamdulillah, lolos. Ga ada barang mencurigakan yang Gua bawa. Kalian tau adegan di Now You See Mee 2 gak yang ngelolosin chip di dalam kartu? nah entah kenapa, pikiran liar Gua sampe kesana. Padahal mah ya Gua orang biasa. Tapi suatu saat pengen aja gitu, mengelabui pengamanan ketat disini hahahaha.

Sekali lagi, bertanya itu penting guys.
Karena terlanjut malu dan takut dikira kampungan, Gua langsung maju aja menuju lift. Padahal, disana udah ada pengamanannya lagi. Berbentuk tralis kaya di KRL gitu mirip-mirip. Tapi sayangnya, Gua terlalu bodoh untuk menerobosnya langsung. Harusnya, pake kartu biar tralisnya kebuka. Tapi karena kesok-tauan Gua, ya gak kebuka-buka. Jadilah diteriakin Satpam yang tadi baru meriksa Gua di lobby depan. Gua pun diarahkan ke meja resepsionis untuk menukar jaminan berupa tanda pengenal SIM/KTP untuk ditukar dengan kartu masuk.

Itungin ya, baru kesalahan kedua. Semoga ini jadi yang terakhir. 

Akhirnya Gua pun berhasil masuk ke lift. Liftnya banyak, mungkin Mall Depok ataupun Margo City liftnya kalah banyak sama di sini. Ada sekitar kurang lebih 12 pintu lift. Karena bingung dan takut nyasar, Gua pun memencet tombol sembarang. Pokoknya biar cepet sampe atas. Tapi sialnya, ga ada satupun pintu lift nya yang kebuka. Nah, kebetulan Gua melihat ada pegawai yang memakai baju SCG. Gua pun diam-diam mengikutinya. Sampe masuk lift. Ajaib emang, sekalinya orang ini pencet, langsung keluar liftnya. 

Apa salah hamba, Duhai Tuhan yang Maha Agung?

Setelah masuk lift berdua, akhirnya Gua pun memberanikan diri untuk berkenalan.

Ilyas: Pagi kak, dari SCG yah? Saya peserta wawancara hari ini nih
SCG: Hoo iya betul betul, dengan siapa?
Ilyas: Ilyas kak
SCG: Ilyas... Ilyas Muttaqin yah?

Setelah berhasil nebak nama panjang Gua, akhirnya Gua pun terus mengikuti Kakak ini sampai lantai 41, tempat dimana Ancora Foundation berada. Wajar aja dia tau nama Gua, mungkin orang ini yang bolak-balik baca CV dari seluruh peserta. Atau mungkin, CV Gua yang paling menarik makanya sampe inget namanya. Hm.

Setelah sampai di ruang tunggu, Gua liat udah ada beberapa orang yang udah di tempat. Gua pun memberanikan diri untuk mengucap "Haloo semuanya" dengan wajah full ekspresi kepada orang yang lagi tegang di ruangan ini. Wajar tegang, selain karena -mungkin- mereka abis salah banyak kayak Gua pas masuk gedung ini, mereka juga bentar lagi bakal di wawancara pake bahasa Inggris. Suatu momok yang begitu menakutnkan bagi anak muda jaman sekarang.

Lu bolehlah ngomong which is, literrally, asap, nonsense, imo,imho, tbh saat di tongkrongan, memamerkan kemampuan vocab bahasa Inggris Lu yang tinggi selangit, tapi Gua rasa, gak semua orang yang sering menyatukan vocab Inggrisnya di tengah-tengah obrolan, bisa dan lancar ketika disuruh wawancara pake bahasa Inggris.

Sebagai orang yang gede PD nya, Gua sih biasa aja. Alias, pura-pura biasa aja.

Untuk pertama kalinya, Gua belajar sebelum ujian interview nanti. Gua buka-buka lagi essay bahasa Inggris Gua, karena mungkin nantinya pertanyaannya gak lewat dari sini. Terus, Gua juga buka-buka kamus di Handphone. Mencoba mencari beberapa kata yang pas untuk melanjutkan kalimat yang akan Gua lontarkan nantinya. Sebelumnya, Gua udah 'bebersih' dengan izin ke kamar mandi, tapi entah karena AC nya yang dingin atau Gua yang makin gugup, perasaan ingin ke kamar mandi muncul kembali. Tapi dengan elegan, Gua tahan. Gua gak pengen kalo nanti orang yang baru Gua kenal ini, punya pikiran aneh-aneh tentang ini.

"Ihhh ini orang kenapa nih bolak-balik ke kamar mandi muluu pagi-pagi" gak gak gak, Gua ga mau nanti orang lain pada berpikiran begini.

Sampe akhirnya, nama Gua yang berada di urutan ke tiga pun dipanggil. Setelah sampai di ruangan, Gua pun agak kaget aja. Ternyata yang wawancarainnya banyak. Total ada 6 orang. Ditambah moderator dan beberapa kru, sekitar 10 orang lah di ruangan yang gak terlalu besar itu. Sebelumnya udah dikasih tau bahwa nanti emang wawancaranya pake bahasa Inggris, karena yang wawancarain kebanyakan adalah bukan orang Indonesia. Tapi di garis bawahi juga, bahwasannya wawancara menggunakan bahasa Inggris ini gak menjadi point penting untuk penilaian.

Tuhkan bingung Gua. Wawancaranya pake bahasa Inggris, artinya tiap yang Kita bicarakan nantinya akan jadi point penilaian. Tapi, bahasa Inggrisnya gak jadi penilaian utama. Ah, bingung pokoknya.

Setelah memperkenalkan diri,  mereka pun memulai sesi wawancara ini. Yang Gua inget, pokoknya  6 orang yang ada di hadapan Gua ini para chairman organisasi nya deh, dari mulai Direkturnya sampe Managernya. bahkan beneran sampe ada orang Thailand nya langsung.

Gini yak, ini bukan wawancara bahasa Inggris Gua yang pertama. Sebelumnya Gua pernah ngerasain di wawancara pake bahasa Inggris buat masuk ke salah satu organisasi di kampus. Terus juga, semasa SMP Gua punya pengalaman yang baik dalam berbahasa Inggris karena beberapa kali menang juara lomba story telling. Gua sadar, kemampuan bahasa Inggris Gua emang pas-pasan. Bahkan kalo di adu sama kakak atau adek dirumah, ada kemungkinan Gua kalah jauh. Tapi kalo soal percaya diri, mungkin Gua yang paling tinggi diantara mereka. Termasuk dalam berbahasa Inggris. Mau vocab gak karuan, mau grammarnya asal-asalan, asal percaya diri, Gua pun berani dan bisa. 

Bener aja, sepanjang sesi wawancara yang berlangsung selama 15 menit ini, Gua begitu percaya diri buat jawab. Padahal, sebelumnya Gua gugup gitu. Tapi pas di depan orang-orang terhormat ini, Gua begitu lancar dan plong ngelasanainnya. Berbagai pertanyaan pun bisa Gua jawab. Gatau bener atau enggak. Tapi yang jelas, dari mulai suara sampe ekspresi yang Gua keluarkan di ruangan itu begitu 'mengagetkan'. Iya, diakhir wawancara Gua sampe minta maaf ke mereka semua karena suaranya terlalu keras saking bersemangatnya.

"Im sorry if my speaking is too loud" ucap Gua di akhir sesi wawancara, ya seperti inilah Inggris Gua sepanjang interview. Ga ada yang beres dari grammar, tapi Gua percaya, ada ruang-ruang khusus yang bisa di toleransi bagi orang yang bahasa ibu nya bukan bahasa Inggris. Jadi, yah gak usah malu. Pasti mereka juga memaklumkannya kok, dan pasti ngerti apa yang Kita maksud. Cuma sekarang kan, masalahnya, lebih galak orang Indonesia yang marahin temen Indonesia lainnya cuma karena bahasa Inggrisnya belom bener. Padahal kan, ya sama-sama belajar.

Tapi akhirnya mereka bilang gapapa, justru mereka seneng. Dan ketawa-ketawa, salah satu dari mereka bilang bahwa Gua emang unik. Seneng dipuji kaya gitu, akhirnya Gua pun keluar ruangan dengan senyum semringah.

Yah, gatau dah firasat Gua ini bener atau enggak. Atau emang ini cuma jawaban normatif aja dari para interviewersnya, supaya nyenengin Gua. Padahal, mungkin aja sepanjang sesi wawancara, ga ada satupun pertanyaan yang dijawab secara sempurna.

Ah, tapi biarlah. Intinya Gua puas. 

Bisa datang ke gedung mewah di SCBD bisa jadi pengalaman sekaligus modal Gua untuk kedepannya. Kalo orang-orang bercita-cita pengen kerja di salah satu gedung disini, Gua sih lebih berpikir bagaimana caranya gedung-gedung disini bisa tunduk sama aturan yang Gua buat. 

Hahahaha politis abiz.

Bisa lancar wawancara bahasa Inggris juga jadi modal Gua. Bukan berarti Gua puas dan gak belajar, tapi justru Gua punya gambaran kalo dunia kerja jaman Gua nanti bakal begini realitanya. Berbahasa Inggris tuh harus jadi kemampuan wajib bagi orang millenial. 

Di titik ini, Gua pun bersyukur dikasih kesempatan berharga ini. Kalo pun lolos dapet beasiswa, ya anggap aja itu bonus.

Eh, Tapi doain aja dong supaya lolos beasiswanya! dan diberkahi segala rizki yang Gua punya. Aminn hahahaha

Sabtu, 30 Juni 2018

#DibalikLebaran2



Tau kenapa ini dibuat sekuelnya? berikut alasannya:
1. Karena postingan bulan Juni ga ada
2. Karena ternyata ini lebih dari 1000 Karakter, daripada ngebosenin, mending dibuat sok ide begini aja
.
.
.
.
.
Kemaren, Gua udah sedikit menuangkan keresahan terkait tetek bengek yang terjadi pada momentum lebaran. Bukan yang bernada negatif, tapi cenderung mengajak untuk berpikir. Blog ini umurnya udah 7 tahun dan rata-rata pembaca blog ini 'harusnya' udah diatas 17 tahun semua, maka udah saatnya nih berpikir layaknya orang dewasa.

Ekhem, Oke biar konkret Gua akan mencobanya dengan hitungan keluarga Gua.

Kita mulai dari paragraf awal yak, yakni tentang masalah hidangan.

Rendang, Bakso, opor Ayam kampung, Ketupat, sayur, sambal serta 6 item kue kaleng. Setelah Gua mencoba mengingat-ingat tentang menu lebaran kemaren, selain mendapatkan rasa lapar dan ngiler, ternyata hanya ini yang berhasil Gua ingat. Tapi ya sekitar seginilah menu nya. Itungannya, ini untuk 30 orang kali yah. Soalnya, rumah Gua jadi tempat kumpul lebaran adek-adek dari pihak Abi. Jadi ada sekitar 7 keluarga yang makan di rumah saat momen lebaran ini.

Sedikit cerita aja nih, Umi paling seneng memberdayakan tetangga sekitar buat bantu keperluan di rumah. Pokoknya hobby banget dah bagi-bagi gaji nya ke orang lain. Untuk urusan anter sekolah Adek Gua, minta tolong sama tetangga buat jadi ojeknya. Buat makan sehari-hari, minta tolong sama juga sama tetangga buat masakin kayak catering gitu yang dibayarnya tiap akhir bulan. Nah, termasuk soal lebaran gini. Rasanya lebaran dirumah Gua udah kayak event kondangan aja, masing-masing vendor berkontribusi untuk menyukseskannya. Ada Bi Isah yang udah bantu-bantu beresin rumah menjelang keberangkatannya ke kampung halaman, ada Bi eni yang menyuplai rendang, terus ada Mama Kiki yang biasa catering perbulan untuk menyuplai opor serta sayur mayurnya, terus ada Tante Nanda tetangga persis depan rumah yang menyuplai bakso dan peretelan makanan lebaran yang Gua ga tau belinya dimana aja. Kalo di per item dihargai Rp. 100 Ribu aja, udah abis berapa tuh?

Kadang Gua suka ga abis pikir, emang cukup gitu yah gaji kedua orang tua yang cuma berprofesi sebagai guru swasta ini membayar itu semua? Ini baru soal makanan.

Belum masalah mentahan. Karena 2 orang sudah kerja, maka ‘cuma’ 4 anak aja nih yang dapet THR. Masing-masing dapet Rp. 50 ribu . Oiya, dari hasil nguping Gua lagi nih ya, selain ngasih ke anak-anak maupun keponakan, orang tua Gua juga ngasih ke nenek dan para om tante dari pihak Abi. Untuk Nenek, mungkin sebagai balas budi gitu kali yah sekaligus nambah-nambahin beli makanan karena emang rumah Nenek Gua selalu menjadi basecamp untuk keluarga dari pihak Ibu Gua.  Nah kalo ke om dan tante, mungkin karena ekonominya kurang seberuntung Abi aja sebagai kakak tertuanya, jadi Abi masih punya beban moral buat nafkahin adek-adeknya walaupun udah pada berkeluarga semua.

Yang diatas baru dari lingkungan keluarga, belom THR untuk tukang langganan koran, buat bibi dan tukang-tukang lainnya. Sedekah ramadhan ceunah.

Baru kepikiran 2 variabel: biaya makan dan mentahan aja Gua udah pusing nih.

UANG DARI MANA CUY?                                                                         

Berdasarkan itung-itungan Gua yang visioner dan hemat ini, ya gak cukuplah gaji segitu atau bahkan lebih baik uangnya dialihkan untuk yang lain. Ni kalo orang tua Gua gak yakin bahwa Allah Maha Kaya, kelar dah.

Masih ada lagi.

Keluarga Gua totalnya ada 8 orang, oke diitung 7 deh karena 1 nya udah nikah. Eh jadi 6 deh karena abang Gua yang ke 2 juga udah kerja. Perlengkapan wajib buat lebaran nih ya, pokoknya harus beli baju muslim, baju pergi dan celana jeans. 3 item lah ya. Tapi kalo emang mau beli keperluan lain kaya sendal dan daleman, ya itu diitungnya tambahan dan boleh-boleh aja. Karena udah dewasa, Gua merasa ga enak untuk beli baju. Apalagi sebelumnya Gua udah pernah belanja baju dan perlengkapan kuliah yang pernah Gua cerita sampe ngabisin banyak uang itu. Eh tapinya, air susu malah dibalas air zamzam. Katanya, budget yang dikasih ke Gua itu Rp. 500 ribu udah sekalian sama THR untuk beli 
bajunya jadi terserah mau dibeliin apa.

Hmm. Makin menarik.

Yah, terkadang kita sebagai anak cuma mainin perspektif sebagai anak aja. Apa yang kita mau maka itulah sudut pandang kita, susah melihat dari sudut pandang lain. Dari orang tua contohnya. Mungkin Gua baru sadar kalimat “Iya nanti uangnya di cari dulu” ini maksudnya apa setelah 20 tahun Gua hidup sebagai anak. Dulu mah, gak mau tau pokoknya harus dikabulkan.

Melihat pengeluaran lebaran dari mulai makanan, terus ke THR, lanjut ke beli baju sampe pasca lebaran kalo diitung itung bisa sampe 5 Jutaan nih cuma untuk 5 hari sebelum lebaran dan 5 hari setelah lebaran. Ini cuma ngurusin lebaran loh, belom pengeluaran wajib kaya listrik, air, beras dan biaya makan sehari-hari. Dulu pas SD guru Gua pernah bilang, coba tanyain ke orang tua kalian setiap bulannya keuangannya itu surplus apa defisit?

Matematika Gua udah ga sanggup dah ngitung debit, kredit, balance nya, ini mah urusan matematika nya Allah aja.

Tapi yang jelas, mungkin balance. Karena seumur-umur rumah Gua belom pernah tuh di gedor-gedor rentenir. Atau ada aset yang tiba-tiba ga ada buat dijual diem-diem. Sepenglihatan Gua sih begitu. Pokoknya, lebaran kali ini makin bikin mikir deh alasan untuk bertekad menghargai segala perjuangan orang tua.

Pada akhirnya, kalimat “Kamu fokus sekolah aja sana, gak usah mikirin bayarnya itumah urusan orang tua” selalu terngiang di kepala. Baru ngebayangin beginian aja Gua udah pusing, gimana ngurus masalah yang lain? Percayalah, permasalahan kita yang cuma ngomongin organisasi di kampus dan percintaan sama anak orang ga ada apa-apanya dibanding permasalahan orang tua.



Sungguh, lebaran kali ini memberikan pelajaran baru lagi bagi seorang Ilyas Muttaqin.





#DibalikLebaran



Seiring meningkatnya usia, momentum lebaran bukan cuma soal berapa uang yang akan Gua peroleh aja, karena itu mungkin diri Ilyas 15 tahun sebelumnya. Tapi kini, ketika semuanya nampak bertransformasi menjadi lebih dewasa dimulai dari ujung rambut hingga ujung kaki, Gua pun mencoba melihat momentum lebaran dari perspektif yang agak sedikit berbeda.


Wih, berat banget nih.

Kalian pernah kepikiran gak sih bahwa makanan yang biasa tersaji diatas meja makan dan meja ruang tamu itu cara memperolehnya bagaimana?

Ketika membicarakan hal ini, tentu bukan tentang berbicara mengenai ‘Ina Cookies’ atau ‘Biscuit Monde’ aja! tapi Kita juga berbicara mengenai perjuangan untuk cara memperolehnya.

Wih, masih berat juga gak nih?

Seumur hidup, pastikan Lu pernah denger quote “Ada banyak cara berpikir orang tua yang tidak dipahami oleh seorang anak” atau yang mirip-mirip dari ini. Kalo belom pernah sama sekali, silahkan masuk kamar orang tua kalian masing-masing. Lalu cari sajadah. Kemudian perlahan gelar dibawah kasurnya. Nah, tidurlah di kolong kasur tersebut sampai tahun 2025.

INI SERIUS CUY!

Kalo emang lu belum pernah denger, berarti elu orangnya gak kepo sama usaha orang tua. Kata-kata ini biasanya keluar ketika kita kepo dan orang tua berusaha menutupi segala kerja kerasnya.
Termasuk dalam momentum lebaran ini.

Coba diabsen, barang-barang dibawah ini ada gak?
  1. Rendang
  2. Ketupat
  3. Opor
  4. Semur daging
  5. Nasi
  6. Sayur
  7. Bakso
  8. Nastar
  9. Putri salju
  10. Sagu keju
  11. Kastangel
  12. Kacang
  13. Sirup
  14. Air mineral dus

Apalagi yah? yah pokoknya yang berhasil Gua absen ada segini lah, sisanya mungkin ada banyak. Tapi normalnya, setiap keluarga pasti formasinya minimal ada 5 item yang udah Gua sebutin diatas.

Selesai? Belum! Itu baru urusan ‘matengnya’. Sekarang kita bicarain ‘mentahnya’.

Biasanya, orang tua modern di Indonesia punya anak 3. Dalam suatu keluarga besar sampe tingkat Nenek-Kakek kebawah, setidaknya ada sekitar 20 anak-anak. Memberi uang THR tentu udah jadi budaya nih, bukan masalah gengsi sih tapi lebih ke saling memberi aja karena momentumnya pas. Kalo mau dipukul rata, kira-kira mereka semua bakal dikasih Rp. 20 ribu untuk uang thr nya. Ini itungan normalnya loh ya, malah kadang banyak yang lebih dari ini budget ngeluarin uang mentahnya.

Apalagi yah keperluan lebaran?

Makanan udah, uang udah. Ohiya, baju.

Berangkat dari sunnah Rasullah yang menghendaki memakai pakaian terbaik saat hari raya, banyak orang yang menyambut seruan ini. Membeli baju dan celana baru, bukan cuma untuk keperluan sholat ied aja tapi juga disekalianin buat baju ‘pergi’ sehari-harinya. Malah kalo mau disekalian juga, sampe sendal/sepatu dan keperluan baju daleman pun masuk kesini. Kalo dipukul rata, yah rata-rata dalam suatu keluarga modern tiap orangnya bisa punya 3 item keperluan sandang baru lah ya. Entah itu baju, entah itu celana ataupun baju dan celana.

Sandang udah, pangan udah, papan juga udah ada dari kita lahir. Terus apalagi yah kira-kira keperluan lebaran tuh?

Oiya, bisa juga nih dimasukin budget ongkos ketika idulfitri berlangsung. Kalo emang saudara kita kaya keluarga modern lainnya, yah mungkin lebarannya sampe H+3 lah ya. Isinya pergi-pergi tuh kerumah saudara. Kita mah yang sebagai anak 90an gak kenal, cuma ikut aja sambil salim-salim. Isi obrolannya antar orang tua pasti. Keperluan disini mungkin udah termasuk uang mentah yang udah untuk 20 orang diatas yah, paling keperluan tambahannya untuk bensin kendaraan serta tetek bengek di perjalanannya aja.

Nah! Gua rasa sudah semua disebut nih. Lantas, tujuannya apa nih?

Selama lebaran, sejujurnya Gua kepikiran hal ini. Setelah berbelas tahun menjadi budak uang yang selalu memasang wajah memelas di depan saudara, akhirnya Gua memiliki gairah lain untuk dipikirkan tuk bukan hanya soal THR  aja, tapi tentang “total pengeluaran orang tua” dalam satu momen lebaran.

Menarik nih, karena judulnya menghitung-hitung uang. Usaha sedikit, pasti bisa ngitungnya. Yah, walaupun banyak melesetnya.

Anggap aja pemasukan orang tua didapat dari uang THR kantornya yang seringkali dianggap sebagai gaji ke 13 nya. Tapi menurut ke-sok-tauan Gua nih ya, ini semua pasti gak nutup dari awal untuk memenuhi semua kebutuhan yang udah Gua sebutin diatas. Karena sekali lagi, ini semua masih yang Gua liat aja jadi mungkin item yang gak terlihat justru malah lebih banyak uang yang dikeluarkan daripada yang biasa kita lihat.



-Bersambung-

Selasa, 15 Mei 2018

Sebuah Pencapaian

"Lah, Kepala Sekolah Montes ikutan SOL nih?"

Mungkin begitulah kira-kira beberapa candaan temen-temen gua terkait keputusan gua kali ini. Masa sih, udah pernah megang struktur tertinggi kepanitiaan kaderisasi terus masih mau jadi peserta lagi di tempat lain?

Yah, mungkin inilah salah banyak dari beberapa keunikan yang coba gua konkretkan. Pada dasarnya, gua senang tantangan. Sebagai seorang lelaki, gua pun bertanggung jawab atas setiap ambisi, hasrat juga kemauan yang gua inginkan. Haus ilmu ceunah. Apalagi, bisa ketemu banyak orang itu suatu hal yang menyenangkan bagi gua. Serasa orgasme. Walaupun gua belom pernah ngerasain banget gimana orgasme pada hakikat sesungguhnya. Pokoknya, tiap gua menunaikan hasrat kelaki-lakian ujungnya bakal orgasme. Senangnyaaaa.

Kenalin, School of Leader (SOL) XI namanya. Katanya, ini merupakan katalisator tertinggi dalam ngekader mahasiswa Unpad dalam bidang kepemimpinan. Sulit mengakuinya, sebelumnya gua juga pernah menjadikan SOL sebagai salah satu indikator dalam meningkatkan kualitas Montes sebagai sekolah Legislatif bersama FIM dan XL future leader. Berdasarkan pengamatan, ya emang SOL ini yang paling nyebelin. Tiap pergelaran pesta pemilu baik tingkat jurusan, fakultas maupun tingkat universitas selalu ada aja jebolan SOL yang main disini. Artinya, mereka berhasil nyetak kader yang diinginkan. Beberapa kali gua 'ngelawan' anak-anak SOL juga keliatan bedanya. Jadi, mending dijadiin temen anak-anak SOL tuh dibanding jadiin musuh. Serius. Karena itung-itungannya, lebih menguntungkan berteman daripada musuhan. Ye gak?

Walaupun terlihat sering meninggikan ego, tapi dalam kondisi tertentu gua mudah banget buat nurunin ego termasuk gengsi di dalemnya kalo udah masalah mencari ilmu. Dulu, gua rela mau masuk BEM dimana mereka adalah lawan gua waktu kampanye, yah walaupun pada akhirnya batal tapi tetep aja gua ga gengsi soal begituan demi tantangan dan ilmu. Termasuk sekarang. Walaupun udah dapet status sosial sebagai Kepsek Montes di tahun kedua, tapi gua tetep ikutan SOL buat makin ningkatin relasi gua. Iya, gua haus akan keilmuan masing-masing orang di Unpad yang ikut SOL ini. Katanya sih, mereka emang udah konkret sedari awal di Fakultasnya masing-masing. Pokoknya, ikut SOL pride banget. Naah atas dasar inilah gua makin tertantang buat ikut SOL.

"Kok baru ikut sekarang? kenapa enggak dari maba aja yas?"

Kenapa? ya karena.... ngapain masih maba udah ikut-ikut beginian wkwk. Ujung-ujungnya nanti juga cuma disuruh-suruh doang kalo masih maba. Terus juga ga terlalu menguntungkan outputnya karena pas tahun keduanya juga masih biasa aja pasti dapet panggung amanahnya. Lebih konkret ikutan pas tahun kedua. Karena, taun ketiga pasti udah bisa ngapa-ngapain. Baik di universitas maupun di fakultasnya. Makanya dulu pas maba gua ikutnya di Montes, bukan SOL. Ekhem.

Setelah melewati berbagai seleksi dari ratusan anak-anak 'terkonkret' se-Unpad, akhirnya gua dinyatakan lolos. Alhamdulillah. Tak lupa, gua juga selipkan beberapa saran dan komentar terkait proses seleksi kali ini. Yah, itung-itung pemanasan buat gua pun juga buat panitia lah yak. Buat gua pribadi, ngetest aja sejauh mana keberanian gua ngungkapin gagasan. Buat panitia, yah buat ngukur aja sejauh mana mereka siap buat berdinamika dengan calon pemimpin-pemimpin se-unpad ini.


Walaupun udah menutup serapat mungkin, tapi tetep aja banyak yang kenal ternyata sama seorang Ilyas Muttaqin. Wkwkwk. Oiya, kalian pernah ngerasain ga sih, lagi di jalan terus disapa sama orang? padahal elu ga tau doi siapa. Naaah. Belakangan ini gua sering banget begitu. Dia tau nama gua, tapi sedihnya gua ga kenal nama dia. Jadilah cuma dibales senyum dan "eiyaa hati hati yaaa". Di SOL XI ini, juga ternyata banyak yang kek gitu. Tambahkan juga tentang gua yang sok manggil nama orang, padahal salah. Ya begitulah.

Dulu, gua pernah berucap bahwa gua tipe orang yang selalu berusaha untuk menonjol dimanapun gua berada. Entah dengan cara menyampaikan pendapat, membangkitkan mood ataupun dengan cara lainnya. Pokoknya, gua harus yang paling dikenal disana.


Nah, prinsip inilah yang kira-kira paling bertanggungjawab atas pencapaian yang terjadi sampai dengan saat ini. Bingung. Entah kenapa, orang banyak banget yang percayaan sama gua. Risih, ketika banyak orang yang sering nyeburin gua buat jadi 'ketua'. Oke, disatu sisi gua sih menikmati setiap tantangan buat jadi ketua. Tapi, kalo keseringan ditunjuk juga serem juga. Dulu, Abu Bakar aja takut banget megang jabatan khalifah karena tanggung jawabnya besar banget. Bayangin, seorang Abu Bakar yang sahabat paling mirip sifatnya dengan Rasullah aja takut. Apalagi seorang ilyas muttaqin yang sholat aja masih lalai. Belum lama, gua dapet jabatan jadi Kepala Sekolah Montes. Nah sekarang, jabatan ketua kelas SOL XI gua dapetin gara-gara orang percaya aja sama gua. Nahloh.

Begitulah. 

Gua banyak belajar di SOL kali ini. Tentang bagaimana memaknai kepemimpinan itu. Juga, gua belajar banyak semuanya disini. Ada yang udah jadi ketua himpunan, ada yang udah punya social movement, banyaak. Semoga, gua bisa jadi apa yang bisa disemogakan. Disemogakan nya apa? yah liat nanti aja. 

Masih banyak tantangan kedepan yang harus dicapai. Umur gua masih panjang di Unpad. Masih ada beberapa hal yang sebenernya harus dirubah. Bahwa keresahan ini emang terus dijaga. Sifat untuk selalu skeptis juga harus ditanamkan.

Secara pribadi, gua menikmati impersonate yang gua terapkan. Selalu berbeda. Tau kapan harus bercanda dan tau kapan harus serius. Tinggal ngelatih cara berbicara aja nih sama konten pembicaraan. Oiya, tambahkan juga tentang menghormati orang. Kayaknya, gara-gara ego gua yang selalu tinggi, kadang gua selalu menganggap orang dibawah gua terus. Satu sisi baik sih buat ningkatin kepercayaan diri, tapi ternyata ga baiknya juga banyak. 

Yook, sama-sama belajar!
Siapapun yang membaca ini, mendapatkan banyak manfaat dan tergerak untuk sama-sama jadi lebih baik lagi yak!!


Senin, 07 Mei 2018

Montesquieu 2018 - Revolusi Legislatif!

Memasuki waktu Maghrib, disaat semua panitia sedang melingkar mendengar satu-per-satu orang yang sedang melakukan evaluasi, kemudian tibalah disaat gua berbicara.
Temen-temen tau kisah penaklukan Konstantinopel? Iya, yang Al-Fatih itu. Dulu dikatakan bahwa yang menaklukan Konstantinopel adalah sebaik-baiknya pemimpin dan sebaik-baiknya pasukan. Maka aku bisa bilang, bahwa kesuksesan Montesquieu 2018 ini adalah berkat sebaik-baiknya ketua acara dan sebaik-baiknya para staff dan pimpinan.



Alhamdulillah.
Rangkaian Main Montesquieu resmi berakhir seminggu yang lalu. Acara yang berhasil mengundang Ketua DPRD Jawa Barat Bu Ineu, lalu juga dapat menghadirkan anggota DPR-MPR terlama di Indonesia yakni Ceu Popong, kemudian gak kalah hebat juga ada pak Ermi yang merupakan anggota DPRD Sumedang serta pemateri dari dosen dan mahasiswa lain yang ga kalah kerennya.  Semua mengakuinya, dari para former panitia maupun pimpinan BPM yang menjadi induk acara ini memuji keberhasilan acara ini. Selain sukses dapat pujian dan bikin senyum merekah, untuk menundukan diri agar tidak tinggi hati, di tengah evaluasi gua pun sedikit menyelipkan kalimat "Saya takut. Takut kalau pujian ini bikin kita besar kepala. Seharusnya, jadikan pujian ini sebagai beban kita. Sebagai tanggung jawab kita. Agar kita dapat memastikan bahwa tahun depan kita dapat mensupervisi Montesquieu 2019 nanti dapat lebih sukses dari yang sekarang."



Tapi ya gimana yah, terlepas dari itu semua, dapat dikatakan bahwa acara yang gua pimpin ini tuh cuma sukses dari segi pembicara aja. Untuk sisi lain, gua rasa kalah jauh banget dan ga ngerasa sesempurna itu. Suwer. Kebantu banget dari pembicara. Seharusnya kalian semua harus tau proses ini semua tuh gimana.



Baiklah, gua akan mencoba membawa kalian semua ke masa awal dimana kepanitiaan ini terbentuk.

Sebagai alumni Montesquieu 2018, gua mempunyai beban moral untuk merubah beberapa hal yang kurang baik untuk diterapkan tahun ini. Oiya, bagi yang belum tau apa itu Montesquieu, Montesquieu merupakan sekolah legislatif tingkat Universitas Padjadjaran. Ya pesta kaderisasinya lembaga legislatif lah yak. Pesertanya berasal dari berbagai fakultas di Unpad. Lumayan besar nih acaranya. Karena tanggung jawab moral plus itung-itungan politislah pada akhirnya gua berambisi buat ngambil amanah ini. Alhamdulillah, kesampean.



Saat diawal wawancara, gua udah punya grand design terkait visi Montesquieu kedepannya. Yang pertama, gua pengen jadiin ini berbentuk  sekolah legislatif setelah sebelumnya cuma model pelatihan/seminar biasa. Kebawa sedikit dendam emosional juga sih sama acara kaderisasi kepemimpinan tetangga (SOL-School of Leader) yang merupakan produk eksekutif, gua melakukan ATM -Amati, Tiru, Modifikasi- dari berbagai acara kepemimpinan, sebut aja SOL, FIM (Forum Indonesia Muda) atau XL Future Leader. Kesemua itu gua racik sehingga menghasilkan beberapa terobosan, diantaranya:

  1. Menghadirkan bentuk sekolah, dimana susunan kepanitiaan layaknya sekolah: Kepsek, Wakasek. Serta memberikan sistem penilaian dan tata tertib sebagaimana sekolah pada umumnya;
  2. Menghadirkan Mentor. Secara umum, istilah paling umum yang sering digunakan adalah Fasilitator. Tetapi, dalam aspek psikologi makna mentor jauh lebih dalam. Tanggung jawabnya pun juga lebih luas. Disini, gua memberikan mentor beberapa beban diantaranya untuk ngekeep anak-anak dari awal hingga akhir dan juga sebagai transfer knowledge mentor ke siswa baik dari pengalaman mentor yang luar biasa CV nya maupun mengenai pengetahuan ke BPM-an;
  3. Menghadirkan pembicara tingkat nasional. Ini panjang dan harus dibahas dalam sesi khusus yak hahaha
Sebagai orang yang cita-cita menjadi Sekjen PBB, maka nalar politik praktis yang gua milikin harus terasah sejak dini. Pekerjaan menghubungi pembicara dari kalangan elite ini sangat gua sukain, karena selain mengikatkan link, ketemu orang baru juga salah satu hobi yang bisa ningkatin hormon endhorphin gua. Serius. Alhamdulillahnya, berkat beberapa trik jitu menghubungi pejabat dan komersialisasi nama Unpad sebagai kampus besar, gua berhasil meyakinkan mereka semua datang ke Unpad. Setengah panik, gua juga sebenernya takut kalau-kalau nanti kurang dalam hal penjamuan. Apalagi, dongonya, rektorat ga memfasilitasi ini. Jadilah kita mahasiswa yang bertindak sendiri. Yah panjang dah urusan sama rektorat Unpad mah.Tapi alhamdulillah, hari H berjalan lancar. Jadi pengalaman paling berharga manakala kedatangan serombongan Ketua DPRD lengkap dengan Patwalnya dan tim Protokolernya buat dateng ke tempat acara yang sederhana. Di hari itu juga gua melihat sosok Ceu Popong, anggota DPR yang terhormat itu, tampil merakyat dengan hanya diantar oleh cucunya. Seneng liatnya. Melihat Ceu Popong kaya ngeliat nenek dirumah. Gelagatnya, cara bicaranya. Bener-bener orang tua. Bangga euy. Pun begitu juga dengan pak Ermi, sosok anggota dewan yang energik ini sebenernya gua udah ketemu 3x secara langsung. Jadi hubungan yang gua bangun juga sangat dekat. Beliau sangat sederhana dan terbuka, di holding room pun sempat berdiskusi terkait masalah wakil rakyat. Ciamik!

Dari gambaran ini semua, gua banyak belajar.

Bahwa tayangan yang menghiasi berbagai media terkait pejabat publik yang akrab dengan korupsi, nepotisme dan perbuatan buruk lainnya hanya menimpa para oknum saja. Ga semuanya. Secara langsung gua melihat bahwa mereka semua ini orang yang berintegritas. Sejenak gua pun menatap optimis, bahwa kalau pejabat-pejabat kita seperti ini semua maka bukan tak mungkin Indonesia emas 2045 akan mudah digapai. 

Oiya, Alhamdulillah juga. Untuk merealisasikan itu semua, Gua dipertemukan oleh orang-orang hebat yang siap menafsirkan apa yang gua pengenin, untuk direalisasikan di lapangan.

Ada Teh Finny sang srikandi Ketua BPM FKG,  yang didaulat menjadi Wakasek Kurikulum. Katanya sih, beliau ada beban moral sebagai alumni Montes untuk kontribusi lagi di tahun ini. Katanya juga, beliau termasuk deretan ketua BPM FKG paling cantik se-Unpad, gak tau lah, cek aja sendiri hahaha

Oiya, ada Zaki juga, kompatriot dulu pas masa-masa Prama hahaha dulu kita pernah berantem karena masalah pelanggaran kampanye, bukan berantem sih, lebih tepatnya gua yang marah-marahin dia sebagai ketua Badan Pengawas yang ga bener kerjanya hahaha kebayang dong dulu bermusuhan sekarang jadi bawahan wkwk 

Jangan lupakan juga ada wanita paling di idolai se-BPM Concevoir, ya siapa lagi kalo bukan teh Nadia sang wakasek Humas. Cieeeeeee

Juga untuk para pimpinan wakasek ku lainnya ada Prakasa yang telah sabar menghadapi revisi dan selalu gesit bekerja, tambahkan dengan Teh Ammi dan Sira sosok sekretaris yang selalu gercep dengan segala progresnya, oiya adaa teh Shofah yang walaupun sedetik lagi akan yudisium, tapi masih mau repot-repot bantu di Montesquieu, selanjutnya ada Tanti dan Quin yang tak kenal lelah bolak balik rektorat memastikan keuangan aman dan terakhir ada Mamet sang wakasek yang sudah membersamai selalu.

Terimakasih juga untuk bang Uga, bang Ramdan dan teh I R I N yang selalu mengawasi dan memastikan bahwa Montes ini selalu baik-baik saja. hahaah tanpa kalian, entahlah Montes bakal jadi apaaa.

Tak lupa, juga untuk para mentor yang CV nya mentereng-mentereng dan sudah berlabel pejabat kampus, sudah mau turun gunung mengurusi dunia perlegislatifan ini. Ada Ketua BPM Kema Unpad 2017 Bang Alif beserta Wakilnya Bang Fajar, ada Ketua BPM Kema Unpad 2018 Bang Uga beserta wakilnya Teh Hasna serta jajaran Kakom BPM Concevoir Bang Haqqi dan bang Ramdan. Seneng rasanya mengikat kalian dengan amanah ini, acaranya jadi makin rame hehehe gak dinyana ditengah kesibukan angkatan akhir, masih mau menyibukan diri disini berbagi mimpi untuk Unpad.

Ini bukan hanya perkara memimpin satu dua orang, tapi tantangannya adalah bagaimana gua yang masih 2016 ini mampu berdiri sejajar dengan para senior yang beda setahun, dua tahun atau bahkan 3 tahun untuk berdiri satu komando menyukseskan acara ini. Gaa bosen-bosennya untuk mengucap, Alhamdulillah. Bisa berjalan sukses dan memuaskan banyak pihak.

Terimakasih ya!
Dulu, aku pernah bilang, katakanlah ini emang lebay, tapi jangan tinggalin aku buat ngurus ini semua. Aku tipe orang yang senang dibersamai. Selalu merasa tenang jika ada yang menemani. Maka dari itu, waktu yang kalian korbankan untuk kesuksesan acara ini pun sangat berarti bagi aku.

Nahloh baper, sampe ngomongnya udah aku-kamu wkwk.




Sekian terimakasih.



Selasa, 03 April 2018

Maaf, Aku Sibuk

Sebagai orang yang percaya dengan adanya kehidupan setelah kematian, gua selalu berpikir,


Yang gua lakuin semua ini, berbuah pahala gak yah? apa bakal sia sia semua? apa jatohnya jadi riya? atau niatnya cuma karena dunia? apa cuma dapet capek doang ngerjain ini itu?
Sebagai orang yang memiliki hobi mengerjakan banyak aktifitas kadang pertanyaan-pertanyaan ini selalu mengganggu gua. Sama mengganggunya dengan pertanyaan "lebih cepet mana yang mendatangi, kematian atau pernikahan?" nah kan, bingung. 

Perang batin ini jadi sering banget frekuensinya sampe bikin gua meragukan tentang apa yang selama ini gua kerjakan. Mungkin bisa dibilang wajar kali yah, usia gua udah 20 tahun dan perlahan udah masuk fase orang dewasa. Bentar lagi lulus. Kerja. Nikah. Punya anak. Meninggal deh. Singkat rasanya, makanya pertanyaan liar ini sering banget ada dipikirin. Akibatnya, gua malah ga bersemangat mengerjakan apa yang menjadi aktifitas gua karena keraguan mencari jawaban itu semua. Berat yah? yo baca pelan-pelan, gatau kenapa kali ini mau bahasnya yang berat-berat nih.

Tau gak, bulan kemaren gua ngabisin uang sekitar 3 juta. Oiya kalo lu semua mau tau, di lingkungan keluarga, gua termasuk orang yang pandai banget ngesave uang dan paling rajin nabung. Sampe-sampe orang dirumah pada risih kalo gua punya tabungan banyak dan gembor-gemborin buat "Dipake uangnya jangan disimpen atau minta melulu" yaah gimana yaaaaa. Gua tipe orang yang rela mengurangi jatah makan untuk beli sesuatu yang gua pengenin. Gua tipe orang yang selalu menyamakan neraca keuangan gua, kalo debitnya terlalu banyak maka gua berusaha mencari kredit buat nutupin uang yang keluar. Nah dalam rangka itu semua, karena bulan Maret kemarin abis sekitar 3 juta gua menutupinya dengan cara kerja. Ya, kerja. Ada 2 pekerjaan yang gua lakuin buat nutupin neraca keuangan itu: Jadi delivery food di Jatinangor dengan nama brand Uwa Jafry dan dagang 'danusan' makanan yang udah gua kelola sama temen dari semester lalu dengan label "Cemil Food".

Sebenernya gua bukan termasuk orang yang boros sih, kebetulan Maret pengeluarannya lagi banyak aja. Terus selama hampir 2 tahun hidup ngekost, alhamdulillah ga pernah tuh gua kelaperan karena ga megang uang sama sekali atau shampoo abis gitu gitu, ya pokoknya takdir Allah dan doa orang tua lah yang bikin gua hidup nyaman padahal ditransfernya juga pas pasan. Tapi karena motivasi gua untuk menutupi debit itu, gua sampe kerja. Segitunya. Tadinya gua mau daftar Grab sekalian, cuma karena persyaratannya ribet gua daftar ojek online mahasiswa aja yang khusus nganter makanan. Lumayan, dapet 5000 per trip dan sehari kalo lagi semangat gua biasanya bisa dapet 40 ribuan. Terus soal dagang, gua harus relain tiap jam 6 pagi sehabis pembinaan di asrama harus udah dalam keadaan mandi dan siap kuliah, harus menuju produsen makanan ringan yang ada di Cileunyi. Yaaa 6km lah dari kosan gua buat ngambil danusannya. Lumayan, perhari fluktuatif kadang bisa 11 atau paling banyak bisa 30. Iya, 30 box dibawa pake motor seorang diri dan menempuh jarak 6km tiap pagi nya dan langsung ngambil kelas kuliah setelah naruh dagangannya ke konsumen. Itu semua gua lakuin dengan semangat dan bahagia buat nyari penghasilan tambahan. Gengsi sih, gua termasuk orang yang gengsian dalam segala hal. Cuma karena ada motivasi yang kuat, ya kalah gengsinya dengan motivasi yang gua punya. Begitulah kesibukan gua dalam dunia bisnis selain sibuk dalam dunia perkuliahan.

Kalo dalam dunia perkuliahan, kesibukan gua ternyata lebih didominasi urusan organisasi dibanding akademiknya sendiri. Megang 3 jabatan di kampus itu bukan hal yang mudah. Gua akuin, ini salah hitung-hitungan di awal. Niatnya gua emang nyari panggung buat memperluas elektabilitas di Fakultas atau di Universitas buat pencalonan tahun depan. Tapi karena gua terlalu terbuka, akhirnya nerima amanahnya juga banyak banget nih. Baru kemarin gua berhasil ngejalanin 4 agenda organisasi dalam waktu 8 jam setelah kelar kuliah. Jadi kemaren selesai kuliah gua harus mimpin rapat PSDM Gamasis karena minggu ini ada 2 proker yang harus berjalan. Lanjut, sore nya gua bimbingan hafalan quran di Masjid MRU. Yoiya dong, sebagaimanapun kesibukan gua, gua harus tetap menjaga semangat buat jadi hafidz. Wajib itu. Lalu setelah nyetor kurang lebih setengah juz, gua langsung balik lagi buat raker Pleads dimana gua harus presentasi proker-proker yang gua punya disana. Setelahnya yaitu bada maghrib, gua pun menutup malam dengan rapat persiapan acara Montesquieu dimana gua dapet amanah sebagai kepala sekolahnya. Kepala sekolah Montesquieu, sekolah legislatif beken untuk tataran mahasiswa Unpad. Alhamdulillah, gua bisa laluin itu semua dengan baik tanpa ada yang terlewati. Kebayang lah ya, gimana harus membagi konsentrasi dan fokus untuk jadi pemeran di berbagai tempat dan nuansa yang berbeda. Apalagi disana gua sebagai tokoh pula, bukan cuma duduk dengerin doang. Ada peran yang harus gua tuntaskan disana karena gua sebagai pimpinan departemen dan ketua acara. Selesai itu semua? gua masih ngerjain tugas Hukum internasional yang udah deadline, terpaksa gua harus nyetok kopi nih. Suatu hal yang sebenrnya bukan hobi, karena keterpaksaan aja akhirnya gua ngopi. Selesai sai sai sai.


Selanjutnya, setelah terbiasa melakukan itu semua dan merasa capek ngejalanin semua agenda. Dateng lagi tuh pertanyaan-pertanyaan yang selalu menghantui. 

Gua mengerjakan ini semua untuk siapa? Karena Allah. BOHONG! itu buktinya kerja capek capek uangnya juga ga tau dibuat apa 3 juta hilang gitu aja. BOHONG! alasan aja buat memperluas lahan amal. Itu katanya cuma buat batu loncatan aja untuk nyari kekuasaan taun depan. Buat nebar muka doang sana-sini.



Niat gua udah bener belom yah karena Allah? 

Gua ngerjain ini itu dapet pahala ga yah? apa dapet capeknya aja?


Kenapa yah masih suka dengki liat orang yang keliatannya berhasil banget dengan jabatannya?

Enak kayaknya yah, dia sibuk ini itu tapi prestasi akademik dan lomba-lomba menang terus? ko gua tetep gini-gini aja yah?

Si itu kemana tuh? katanya mau bantuin, tapi ngomong doang. jadi capek sendiri kan nih.

Kalo gua mati sekarang, semua yang gua lakuin ini meringankan di akhirat atau justru memberatkan di akhirat ya?

Daaaaaan pertanyaan-pertanyaan lainnya.


Sedih sih kadang kalo berpikir untuk mempertanyakan ini semua. Justru karena gua ga nemu jawabannya, gua menjadikan ini sebagai suatu keresahan. Makanya gua tuliskan disini. Jadiin apa yang gua share disini sebagai pembelajaran bersama, jangan main-main sama yang namanya niat. Jangan main-main sama yang namanya amanah. Usia 20 tahun ini emang masa-masanya buat intropeksi diri, kalo berhasil mungkin gua bisa membangun peradaban. Kalo gagal di fase ini, ya justru gua jadi biang kerok peradaban. Jangan sampe.

Doain aja, gua bisa menyelesaikan kegelisahan ini dan yang paling penting, di akhirat nanti gua bisa mudah mempertanggungjawabkan ini semua. Semoga aku, kamu dan kita mendapatkan surga Nya dengan apa yang kita kerjakan hari ini.