Selasa, 10 Oktober 2017

Cause I'm A Rebel!



Sumber: https://kimfricung.blogspot.co.id/2015/04/game-of-thrones-kutipan-favorit-saya.html

Akhir-akhir ini gua gak bisa nemu sosok orang yang bisa dijadikan tempat berbagi cerita, maka dari itu gua putuskan untuk berceritanya disini.

Quote kali ini dipersembahkan oleh salah satu tokoh favorite di serial Game of Thrones yang baru-baru ini gua ikutin. Selama liburan semester kemaren, gua emang fokus nonton film ini. Hasilnya? serial TV yang rata-rata berjumlah 10 episode sampai season 6 dan 7 episode di season 7 ini sukses bikin gua terinspirasi dengan segala gimmick yang dihadirkannya. Kalo 1 film ini berdurasi 60 menit, maka gua udah menghabiskan 4020 menit hanya untuk khusyu serta mentadabburi satu demi satu kata-kata yang terucap dari setiap tokoh ini. Oiya bagi yang belom tau film Game of Thrones, film ini merupakan film perebutan tahta yang melibatkan banyak keluarga besar dengan mengorbankan banyak darah untuk menduduki kekuasaan. Kalo di film Lord of the Rings kita disuguhkan dengan adegan perang yang keren, maka film ini lebih dari itu karena bisa menghadirkan berbagai macam konflik kayak cinta, persahabatan ataupun permainan politik. Seru!

Nah, entah ini buruk atau baik, gua mempunyai kebiasaan bahwa sehabis gua menonton film ataupun membaca buku maka gua pun langsung terinspirasi untuk mengaktualisasikannya dalam dunia nyata. Mereka aja bisa, maka gua gabisa? malah bakal keren banget, gua bisa menggapai apa yang dilakukan tokoh fiksi yang ada di dalam buku/film. Widiih!

Seperti yang udah gua singgung diatas, bahwa film Game of Thrones ini penuh banget sama intrik politiknya. Kebetulan dan alhamdulillahnya, dari dulu gua emang demen banget sama politik. Bahkan dalam setiap agenda politik baik itu di lingkungan rumah ataupun di kampus, gua selalu hadir untuk meramaikan. Berbekal film GoT yang udah kayak ngedapetin kuliah ilmu politik 4 SKS, gua langsung amalin aja tuh ilmunya di organisasi yang gua ikutin. Kebetulannya lagi, di BEM KEMA UNPAD khususnya di departemen Aksi dan Propaganda tempat gua bernaung juga lagi bermasalah, masalah pelik yang dari 3-4 bulan lalu gak selesai-selesai. Maka gua pun berinisiatip untuk melakukan perlawanan, tokoh fiksi dalam GoT pun langsung gua jadikan sebagai kiblat dalam permainan politik yang gua bakal mainin kali ini, di dunia nyata. Game ON!

Sebutlah departemen gua ini departemen yang kerjaannya bikin eskalasi pergerakan dan dinamis banget kulturnya. Harusnya sih. Tapi karena emang, menurut gua, anak-anak di departemen ini gak semuanya berasal dari anak gerakan dan gak semua pernah demo jadi ya treatment yang dibutuhkan harus disuapin langsung. Alkisah kepala departemen gua yang selanjutnya disebut kadept ini kecewalah dengan kinerja kita yang gak maksimal ngurus proker, terlepas dari anak-anaknya yang gak ngerti karena gak diajarin langsung atau gimana pokoknya dia men-treatment kita dengan tindakan "Auto-Pilot". Iya, bagaikan sedang terbang di ketinggian 20.000 sang pilot pun memutuskan mengaktifkan tombol auto pilot dan membiarkan pesawat terbang dengan sendirinya tanpa ada pilot dibalik kemudinya, pendeknya beliau left grup selama 3 minggu. Dia meminta kita semua 14 anggota yang ada di grup itu untuk mengevaluasi diri kita kenapa banyak proker yang ga jalan dan kenapa sikap kita ke dia kurang baik. Dalam perjalanannya, 3 minggu itu ternyata lama juga. Di dalamnya kita ngalamin berbagai macam acara yang nihil kehadiran sang kepala suku. Bagaimanapun juga, ketika prajurit merasa kesulitan di medan pertempuran, pastilah ia akan menengok kebelakang untuk melihat pemimpinannya. Tapi, kalo begini caranya, kemana kita akan meminta pertolongan dan supervisinya?

Konyol? bisaaa. Jangan bilang selama 3 minggu tanpa kehadiran beliau kita berjalan biasa aja, malah internal anggota jadi banyak yang males dan rapat rutin pun jadi gak terlaksana. Bahkan akibat peristiwa ini, ada 1 orang yang mengundurkan diri karena kondisi yang gak jelas di departemen ini: terlalu sepi dan kadept yang melarikan diri, katanya. Sampe akhirnya, kita-kita para staff pun chat berkali-kali mengajak langsung beliau untuk kembali kesini dan meminta maaf apabila kita emang ada salah, tapi jawabannya keukeuh pada kesalahan kita yang harus intropeksi dahulu. Dalam upaya mempersuasi itu, kita gak cuma mendapatkan alasan yang emang gak masuk akal aja, tetapi kita semua juga dapat balasan yang gak mengenakan dan udah masuk dalam kategori kurang ajar dalam etika berbahasa. Praktis, di titik ini kita semua udah gak respect lagi sama beliau.

Masuk ke semester 3 juga keadaan masih sama. Emang sempet ada forum damai gitu sih, tapi gua rasa ini mah belom selesai. Masih banyak duri yang nempel dan kesannya pertemuan itu cuma formalitas aja. Dia juga akhirnya masuk grup lagi, tapi keadaan juga malah jadi sama aja kaya sebelum beliau masuk, kita jarang dikumpulin untuk rapat dan supervisi untuk proker-proker juga jarang. Ketua acara dari salah satu proker juga ngerasa gak dipeduliin, hingga akhirnya dalam salah satu rapat yang beliau gak hadir karena alasan yang kurang jelas, gua nyampein:

"Btw, kita harus nyelesain masalah dengan beliau. Ini gak bisa dibiarin aja, kita harus bersikap!"

terus, staff yang cewe dengan logika ke perempuanannya bilang,

"Jangan yas, ini kita aja lagi sibuk. Tunggu semua proker selesai dulu aja, baru nanti kita urus"

"Gabisa. Beliau ketua, seharusnya beliau yang memimpin ini semua, kita harus bersikap, jangan biarin ada duri dalam daging disini. Ya masa kita diem aja, dzolim amat kita ditinggalin gini"

Hingga beberapa saat kemudian lewat beberapa perdebatan yang alot, maka keputusan pun didapat. Kita memberikan tenggat waktu 1 minggu kepada beliau untuk fokus ke departemen kita. Lagipula, akang-teteh dari tim presidium juga udah bergerak ngasih treatment buat beliau karena udah terlalu lama ninggalin kita tanpa sebab yang jelas. 

Suatu kehormatan, dapat menghadirkan aparat ke dalam suatu acara tanpa mengundangnya.

Puncaknya terjadi saat tanggal 30 September tepat saat peringatan momen Gerakan 30 September. Pas itu gua ngajuin diri jadi PJ acara diskusi publik yang ngehadirin dosen dan beberapa temen-temen pergerakan buat diskusi masalah eksistensi PKI dan seputar peristiwa G30S tahun 1965. Sebenernya kisah disini seru banget, acaranya sampe didatengin sama tentara, polisi dan satpol pp untuk ngebubarin acara yang gua buat ini. Karena emang issue nya kan sensitip. Nah, disaat seperti ini kehadiran kadept gak ada. Bahkan sebelumnya pun gak pernah ngasih support moral atau apa gitu ke gua untuk acara ini, maka yaudah selesai acara ini gua kembali nanya:

"Jadi kita mau gimana nih? udah seminggu kan, sesuai keputusan internal kemarin kita harus ambil tindakan."

Oiya, lupa gua jelasin bahwa sebelumnya kita juga udah buat grup yang tanpa ada beliau di dalamnya. Jadi, emang pemberontakan pun udah dimulai percikannya.

"Yaudah kalo emang lu pada gak berani, sini gua aja wwkwkwk iya gua dah yang kick beliau"

"mangga yas, tapi urang gak tanggung jawab wkwkw"

"Ya gimana donggg, kan udah keputusan kita juga kan kasih waktu seminggu, nah sekarang beliaupun gak hadir di acaranya sendiri. Gimana nih bang, kick enggak nih?" Tanya gua ke kepala bidang DKKP, bidang yang ada diatas gua. 

"yaudah mangga kalo emang kalian lebih nyaman begitu, akang dukung"

"Naaaah siiipp! bener yee bismillah"

seketika itu juga, gua pun langsung nge-kick semua anggota grup. Kecuali beliau. Ditinggalkan sendiri di dalam grup yang isinya hanya beliau seorang. Saat itu kita semua masih ketawa-ketawa santai dan bercanda bahwa apapun yang terjadi, yaudah kita lihat besok.

Dan besok pun terjadi.


Kejadian semalem itu sekitar pukul 21.00, tapi kayaknya beliau baru menyadarinya pada jam 8 pagi, itu ditandain dengan dia ngechat kita semua staff nya pap grup chat yang semuanya pada di kick sama gua. Karena gua yang melakukannya, maka gua pun menjawab sampe akhirnya kita berdebat dan memutuskan untuk bertemu di sekre bem. Awalnya, beliau bertemu dengan ketua bem, lalu ke kepala bidang dan terakhir ke gua. Iya, gua. Dengan wajah merah tanda emosi, mata melotot tanda kecewa, dia pun mengajak gua masuk ke ruangan dan meminta penjelasan gua terkait kejadian semalem. Terjadilah obrolan sekitar yaaa 5-10 menit lah yang dengan nada lumayan tinggi, penggunaan katanya pun sudah "Gue" dan "Elo" bukan "Ane" "Ente" lagi seperti biasanya, sampe akhirnya beliaupun memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan dari gua dan mengucapkan selamat semoga sukses departemennya. Gak lama kemudian, barulah dia mengirim hampir ke semua grup surat pengunduran diri beliau beserta lampiran chat gua dengan beliau wkwkwk jadi intinya, obrolan gua dan tingkah gua yang "REBEL" ini telah menyebar luas ke beberapa lapisan mahasiswa, sebuah kisah tentang penurunan Kadept. oleh staffnya sendiri. Seorang kepala keluarga oleh anaknya sendiri.

Seperti itulah kisah yang ingin gua ceritakan, yang rasanya sulit kalo gua curhat ke orang yang sebenernya gak ngerti masalah beginian karena emang harus runtut ceritanya. Bahkan gua pun juga merasa gak runtut ceritanya disini, bisa jadi ada yang dihilangkan atau bisa jadi ada bagian yang di lebihkan. Tapi diluar itu semua, kelegaan ini akhirnya tersampaikan lah yaaah dengan keluarnya cerita ini. Bukan, bukan untuk mempermalukan satu dua orang, tapi biar sama sama kita belajar dari sini. Oiya, juga biar gua gak usah cerita ke siapa siapa lagi karena 9 hari belakangan ini, hampir setiap ketemu orang yang tau masalah ini meminta gua buat cerita dan yang elu harus tau adalah, bahwa itu hal yang melelahkaaannnn. Maka dari itu, gua tuangkan dalam bentuk tulisan.

Terlepas dari apa yang telah gua lakuin, mungkin solusinya memang harus dilakukan intropeksi dari dalam diri gua sendiri. Entah ini bisa disebut sebagai langkah yang berani atau justru langkah yang blunder dengan memakzulkan kadept sendiri, yang jelas, masa depan gua masih panjang di UNPAD ini. Semoga, peristiwa ini gak bikin nama gua kotor dan justru kesan yang ingin dibangun dari gua pribadi adalah, bahwa seorang Ilyas Muttaqin adalah orang yang vocal. Yang gak memandang bulu bahwa siapapun yang berbuat dzolim maka akan menerima perlawanan dari gua.

Karena,
Because,
CAUSE I'M A REBEL!

Uhuuuy.

0 komentar:

Posting Komentar