Selasa, 15 Mei 2018

Sebuah Pencapaian

"Lah, Kepala Sekolah Montes ikutan SOL nih?"

Mungkin begitulah kira-kira beberapa candaan temen-temen gua terkait keputusan gua kali ini. Masa sih, udah pernah megang struktur tertinggi kepanitiaan kaderisasi terus masih mau jadi peserta lagi di tempat lain?

Yah, mungkin inilah salah banyak dari beberapa keunikan yang coba gua konkretkan. Pada dasarnya, gua senang tantangan. Sebagai seorang lelaki, gua pun bertanggung jawab atas setiap ambisi, hasrat juga kemauan yang gua inginkan. Haus ilmu ceunah. Apalagi, bisa ketemu banyak orang itu suatu hal yang menyenangkan bagi gua. Serasa orgasme. Walaupun gua belom pernah ngerasain banget gimana orgasme pada hakikat sesungguhnya. Pokoknya, tiap gua menunaikan hasrat kelaki-lakian ujungnya bakal orgasme. Senangnyaaaa.

Kenalin, School of Leader (SOL) XI namanya. Katanya, ini merupakan katalisator tertinggi dalam ngekader mahasiswa Unpad dalam bidang kepemimpinan. Sulit mengakuinya, sebelumnya gua juga pernah menjadikan SOL sebagai salah satu indikator dalam meningkatkan kualitas Montes sebagai sekolah Legislatif bersama FIM dan XL future leader. Berdasarkan pengamatan, ya emang SOL ini yang paling nyebelin. Tiap pergelaran pesta pemilu baik tingkat jurusan, fakultas maupun tingkat universitas selalu ada aja jebolan SOL yang main disini. Artinya, mereka berhasil nyetak kader yang diinginkan. Beberapa kali gua 'ngelawan' anak-anak SOL juga keliatan bedanya. Jadi, mending dijadiin temen anak-anak SOL tuh dibanding jadiin musuh. Serius. Karena itung-itungannya, lebih menguntungkan berteman daripada musuhan. Ye gak?

Walaupun terlihat sering meninggikan ego, tapi dalam kondisi tertentu gua mudah banget buat nurunin ego termasuk gengsi di dalemnya kalo udah masalah mencari ilmu. Dulu, gua rela mau masuk BEM dimana mereka adalah lawan gua waktu kampanye, yah walaupun pada akhirnya batal tapi tetep aja gua ga gengsi soal begituan demi tantangan dan ilmu. Termasuk sekarang. Walaupun udah dapet status sosial sebagai Kepsek Montes di tahun kedua, tapi gua tetep ikutan SOL buat makin ningkatin relasi gua. Iya, gua haus akan keilmuan masing-masing orang di Unpad yang ikut SOL ini. Katanya sih, mereka emang udah konkret sedari awal di Fakultasnya masing-masing. Pokoknya, ikut SOL pride banget. Naah atas dasar inilah gua makin tertantang buat ikut SOL.

"Kok baru ikut sekarang? kenapa enggak dari maba aja yas?"

Kenapa? ya karena.... ngapain masih maba udah ikut-ikut beginian wkwk. Ujung-ujungnya nanti juga cuma disuruh-suruh doang kalo masih maba. Terus juga ga terlalu menguntungkan outputnya karena pas tahun keduanya juga masih biasa aja pasti dapet panggung amanahnya. Lebih konkret ikutan pas tahun kedua. Karena, taun ketiga pasti udah bisa ngapa-ngapain. Baik di universitas maupun di fakultasnya. Makanya dulu pas maba gua ikutnya di Montes, bukan SOL. Ekhem.

Setelah melewati berbagai seleksi dari ratusan anak-anak 'terkonkret' se-Unpad, akhirnya gua dinyatakan lolos. Alhamdulillah. Tak lupa, gua juga selipkan beberapa saran dan komentar terkait proses seleksi kali ini. Yah, itung-itung pemanasan buat gua pun juga buat panitia lah yak. Buat gua pribadi, ngetest aja sejauh mana keberanian gua ngungkapin gagasan. Buat panitia, yah buat ngukur aja sejauh mana mereka siap buat berdinamika dengan calon pemimpin-pemimpin se-unpad ini.


Walaupun udah menutup serapat mungkin, tapi tetep aja banyak yang kenal ternyata sama seorang Ilyas Muttaqin. Wkwkwk. Oiya, kalian pernah ngerasain ga sih, lagi di jalan terus disapa sama orang? padahal elu ga tau doi siapa. Naaah. Belakangan ini gua sering banget begitu. Dia tau nama gua, tapi sedihnya gua ga kenal nama dia. Jadilah cuma dibales senyum dan "eiyaa hati hati yaaa". Di SOL XI ini, juga ternyata banyak yang kek gitu. Tambahkan juga tentang gua yang sok manggil nama orang, padahal salah. Ya begitulah.

Dulu, gua pernah berucap bahwa gua tipe orang yang selalu berusaha untuk menonjol dimanapun gua berada. Entah dengan cara menyampaikan pendapat, membangkitkan mood ataupun dengan cara lainnya. Pokoknya, gua harus yang paling dikenal disana.


Nah, prinsip inilah yang kira-kira paling bertanggungjawab atas pencapaian yang terjadi sampai dengan saat ini. Bingung. Entah kenapa, orang banyak banget yang percayaan sama gua. Risih, ketika banyak orang yang sering nyeburin gua buat jadi 'ketua'. Oke, disatu sisi gua sih menikmati setiap tantangan buat jadi ketua. Tapi, kalo keseringan ditunjuk juga serem juga. Dulu, Abu Bakar aja takut banget megang jabatan khalifah karena tanggung jawabnya besar banget. Bayangin, seorang Abu Bakar yang sahabat paling mirip sifatnya dengan Rasullah aja takut. Apalagi seorang ilyas muttaqin yang sholat aja masih lalai. Belum lama, gua dapet jabatan jadi Kepala Sekolah Montes. Nah sekarang, jabatan ketua kelas SOL XI gua dapetin gara-gara orang percaya aja sama gua. Nahloh.

Begitulah. 

Gua banyak belajar di SOL kali ini. Tentang bagaimana memaknai kepemimpinan itu. Juga, gua belajar banyak semuanya disini. Ada yang udah jadi ketua himpunan, ada yang udah punya social movement, banyaak. Semoga, gua bisa jadi apa yang bisa disemogakan. Disemogakan nya apa? yah liat nanti aja. 

Masih banyak tantangan kedepan yang harus dicapai. Umur gua masih panjang di Unpad. Masih ada beberapa hal yang sebenernya harus dirubah. Bahwa keresahan ini emang terus dijaga. Sifat untuk selalu skeptis juga harus ditanamkan.

Secara pribadi, gua menikmati impersonate yang gua terapkan. Selalu berbeda. Tau kapan harus bercanda dan tau kapan harus serius. Tinggal ngelatih cara berbicara aja nih sama konten pembicaraan. Oiya, tambahkan juga tentang menghormati orang. Kayaknya, gara-gara ego gua yang selalu tinggi, kadang gua selalu menganggap orang dibawah gua terus. Satu sisi baik sih buat ningkatin kepercayaan diri, tapi ternyata ga baiknya juga banyak. 

Yook, sama-sama belajar!
Siapapun yang membaca ini, mendapatkan banyak manfaat dan tergerak untuk sama-sama jadi lebih baik lagi yak!!


Senin, 07 Mei 2018

Montesquieu 2018 - Revolusi Legislatif!

Memasuki waktu Maghrib, disaat semua panitia sedang melingkar mendengar satu-per-satu orang yang sedang melakukan evaluasi, kemudian tibalah disaat gua berbicara.
Temen-temen tau kisah penaklukan Konstantinopel? Iya, yang Al-Fatih itu. Dulu dikatakan bahwa yang menaklukan Konstantinopel adalah sebaik-baiknya pemimpin dan sebaik-baiknya pasukan. Maka aku bisa bilang, bahwa kesuksesan Montesquieu 2018 ini adalah berkat sebaik-baiknya ketua acara dan sebaik-baiknya para staff dan pimpinan.



Alhamdulillah.
Rangkaian Main Montesquieu resmi berakhir seminggu yang lalu. Acara yang berhasil mengundang Ketua DPRD Jawa Barat Bu Ineu, lalu juga dapat menghadirkan anggota DPR-MPR terlama di Indonesia yakni Ceu Popong, kemudian gak kalah hebat juga ada pak Ermi yang merupakan anggota DPRD Sumedang serta pemateri dari dosen dan mahasiswa lain yang ga kalah kerennya.  Semua mengakuinya, dari para former panitia maupun pimpinan BPM yang menjadi induk acara ini memuji keberhasilan acara ini. Selain sukses dapat pujian dan bikin senyum merekah, untuk menundukan diri agar tidak tinggi hati, di tengah evaluasi gua pun sedikit menyelipkan kalimat "Saya takut. Takut kalau pujian ini bikin kita besar kepala. Seharusnya, jadikan pujian ini sebagai beban kita. Sebagai tanggung jawab kita. Agar kita dapat memastikan bahwa tahun depan kita dapat mensupervisi Montesquieu 2019 nanti dapat lebih sukses dari yang sekarang."



Tapi ya gimana yah, terlepas dari itu semua, dapat dikatakan bahwa acara yang gua pimpin ini tuh cuma sukses dari segi pembicara aja. Untuk sisi lain, gua rasa kalah jauh banget dan ga ngerasa sesempurna itu. Suwer. Kebantu banget dari pembicara. Seharusnya kalian semua harus tau proses ini semua tuh gimana.



Baiklah, gua akan mencoba membawa kalian semua ke masa awal dimana kepanitiaan ini terbentuk.

Sebagai alumni Montesquieu 2018, gua mempunyai beban moral untuk merubah beberapa hal yang kurang baik untuk diterapkan tahun ini. Oiya, bagi yang belum tau apa itu Montesquieu, Montesquieu merupakan sekolah legislatif tingkat Universitas Padjadjaran. Ya pesta kaderisasinya lembaga legislatif lah yak. Pesertanya berasal dari berbagai fakultas di Unpad. Lumayan besar nih acaranya. Karena tanggung jawab moral plus itung-itungan politislah pada akhirnya gua berambisi buat ngambil amanah ini. Alhamdulillah, kesampean.



Saat diawal wawancara, gua udah punya grand design terkait visi Montesquieu kedepannya. Yang pertama, gua pengen jadiin ini berbentuk  sekolah legislatif setelah sebelumnya cuma model pelatihan/seminar biasa. Kebawa sedikit dendam emosional juga sih sama acara kaderisasi kepemimpinan tetangga (SOL-School of Leader) yang merupakan produk eksekutif, gua melakukan ATM -Amati, Tiru, Modifikasi- dari berbagai acara kepemimpinan, sebut aja SOL, FIM (Forum Indonesia Muda) atau XL Future Leader. Kesemua itu gua racik sehingga menghasilkan beberapa terobosan, diantaranya:

  1. Menghadirkan bentuk sekolah, dimana susunan kepanitiaan layaknya sekolah: Kepsek, Wakasek. Serta memberikan sistem penilaian dan tata tertib sebagaimana sekolah pada umumnya;
  2. Menghadirkan Mentor. Secara umum, istilah paling umum yang sering digunakan adalah Fasilitator. Tetapi, dalam aspek psikologi makna mentor jauh lebih dalam. Tanggung jawabnya pun juga lebih luas. Disini, gua memberikan mentor beberapa beban diantaranya untuk ngekeep anak-anak dari awal hingga akhir dan juga sebagai transfer knowledge mentor ke siswa baik dari pengalaman mentor yang luar biasa CV nya maupun mengenai pengetahuan ke BPM-an;
  3. Menghadirkan pembicara tingkat nasional. Ini panjang dan harus dibahas dalam sesi khusus yak hahaha
Sebagai orang yang cita-cita menjadi Sekjen PBB, maka nalar politik praktis yang gua milikin harus terasah sejak dini. Pekerjaan menghubungi pembicara dari kalangan elite ini sangat gua sukain, karena selain mengikatkan link, ketemu orang baru juga salah satu hobi yang bisa ningkatin hormon endhorphin gua. Serius. Alhamdulillahnya, berkat beberapa trik jitu menghubungi pejabat dan komersialisasi nama Unpad sebagai kampus besar, gua berhasil meyakinkan mereka semua datang ke Unpad. Setengah panik, gua juga sebenernya takut kalau-kalau nanti kurang dalam hal penjamuan. Apalagi, dongonya, rektorat ga memfasilitasi ini. Jadilah kita mahasiswa yang bertindak sendiri. Yah panjang dah urusan sama rektorat Unpad mah.Tapi alhamdulillah, hari H berjalan lancar. Jadi pengalaman paling berharga manakala kedatangan serombongan Ketua DPRD lengkap dengan Patwalnya dan tim Protokolernya buat dateng ke tempat acara yang sederhana. Di hari itu juga gua melihat sosok Ceu Popong, anggota DPR yang terhormat itu, tampil merakyat dengan hanya diantar oleh cucunya. Seneng liatnya. Melihat Ceu Popong kaya ngeliat nenek dirumah. Gelagatnya, cara bicaranya. Bener-bener orang tua. Bangga euy. Pun begitu juga dengan pak Ermi, sosok anggota dewan yang energik ini sebenernya gua udah ketemu 3x secara langsung. Jadi hubungan yang gua bangun juga sangat dekat. Beliau sangat sederhana dan terbuka, di holding room pun sempat berdiskusi terkait masalah wakil rakyat. Ciamik!

Dari gambaran ini semua, gua banyak belajar.

Bahwa tayangan yang menghiasi berbagai media terkait pejabat publik yang akrab dengan korupsi, nepotisme dan perbuatan buruk lainnya hanya menimpa para oknum saja. Ga semuanya. Secara langsung gua melihat bahwa mereka semua ini orang yang berintegritas. Sejenak gua pun menatap optimis, bahwa kalau pejabat-pejabat kita seperti ini semua maka bukan tak mungkin Indonesia emas 2045 akan mudah digapai. 

Oiya, Alhamdulillah juga. Untuk merealisasikan itu semua, Gua dipertemukan oleh orang-orang hebat yang siap menafsirkan apa yang gua pengenin, untuk direalisasikan di lapangan.

Ada Teh Finny sang srikandi Ketua BPM FKG,  yang didaulat menjadi Wakasek Kurikulum. Katanya sih, beliau ada beban moral sebagai alumni Montes untuk kontribusi lagi di tahun ini. Katanya juga, beliau termasuk deretan ketua BPM FKG paling cantik se-Unpad, gak tau lah, cek aja sendiri hahaha

Oiya, ada Zaki juga, kompatriot dulu pas masa-masa Prama hahaha dulu kita pernah berantem karena masalah pelanggaran kampanye, bukan berantem sih, lebih tepatnya gua yang marah-marahin dia sebagai ketua Badan Pengawas yang ga bener kerjanya hahaha kebayang dong dulu bermusuhan sekarang jadi bawahan wkwk 

Jangan lupakan juga ada wanita paling di idolai se-BPM Concevoir, ya siapa lagi kalo bukan teh Nadia sang wakasek Humas. Cieeeeeee

Juga untuk para pimpinan wakasek ku lainnya ada Prakasa yang telah sabar menghadapi revisi dan selalu gesit bekerja, tambahkan dengan Teh Ammi dan Sira sosok sekretaris yang selalu gercep dengan segala progresnya, oiya adaa teh Shofah yang walaupun sedetik lagi akan yudisium, tapi masih mau repot-repot bantu di Montesquieu, selanjutnya ada Tanti dan Quin yang tak kenal lelah bolak balik rektorat memastikan keuangan aman dan terakhir ada Mamet sang wakasek yang sudah membersamai selalu.

Terimakasih juga untuk bang Uga, bang Ramdan dan teh I R I N yang selalu mengawasi dan memastikan bahwa Montes ini selalu baik-baik saja. hahaah tanpa kalian, entahlah Montes bakal jadi apaaa.

Tak lupa, juga untuk para mentor yang CV nya mentereng-mentereng dan sudah berlabel pejabat kampus, sudah mau turun gunung mengurusi dunia perlegislatifan ini. Ada Ketua BPM Kema Unpad 2017 Bang Alif beserta Wakilnya Bang Fajar, ada Ketua BPM Kema Unpad 2018 Bang Uga beserta wakilnya Teh Hasna serta jajaran Kakom BPM Concevoir Bang Haqqi dan bang Ramdan. Seneng rasanya mengikat kalian dengan amanah ini, acaranya jadi makin rame hehehe gak dinyana ditengah kesibukan angkatan akhir, masih mau menyibukan diri disini berbagi mimpi untuk Unpad.

Ini bukan hanya perkara memimpin satu dua orang, tapi tantangannya adalah bagaimana gua yang masih 2016 ini mampu berdiri sejajar dengan para senior yang beda setahun, dua tahun atau bahkan 3 tahun untuk berdiri satu komando menyukseskan acara ini. Gaa bosen-bosennya untuk mengucap, Alhamdulillah. Bisa berjalan sukses dan memuaskan banyak pihak.

Terimakasih ya!
Dulu, aku pernah bilang, katakanlah ini emang lebay, tapi jangan tinggalin aku buat ngurus ini semua. Aku tipe orang yang senang dibersamai. Selalu merasa tenang jika ada yang menemani. Maka dari itu, waktu yang kalian korbankan untuk kesuksesan acara ini pun sangat berarti bagi aku.

Nahloh baper, sampe ngomongnya udah aku-kamu wkwk.




Sekian terimakasih.