Selasa, 09 Juni 2020

Perjalanan Peradaban

Ada yang bilang, proses merubah peradaban itu proyek jangka panjang. Ga bisa diselesain sama satu generasi.  Eh, emang iya yah?

Ada yang kenal Sholahuddin Al-Ayyubi?
Salah satu pahlawan perang salib. Doi padahal dilahirkan dari dinasti kecil, tapi kontribusinya buat peradaban besar banget. Kurang lebih 3 generasi di atasnya, belum mampu membebaskan Yerusalem. Sampe akhirnya, lewat tangannyalah Al-Quds disucikan.

Atau, Al-Fatih deh. Siapa bilang naklukin Konstantinopel 'cuma' 56 hari aja?
Ternyata, perjalanannya lebih panjang dari itu. Sejak jaman Rasul, kekaisaran Romawi Timur itu udah dijagoin banget kehebatannya. Selama berabad-abad, temboknya susah ditembus. Sampe akhirnya, hegemoni Bizantium Eropa Timur berhasil digantikan oleh dinasti Utsmani. Selama berabad-abad selanjutnya, keturunan Al-Fatih inilah yang mewarnai Eropa dengan cahayanya.

Al-Fatih dan Al-Ayyubi ini jadi segelintir contoh bahwa merubah peradaban itu ga bisa seorang diri. Prosesnya itu ga bisa diselesaikan oleh satu generasi, tapi ini adalah suatu kerjaan berantai yang harus diselesaikan secara berkesinambungan. Ayah ke anak. Anak ke cucu. begitu seterusnya.

Maka, penting untuk selalu merawat keresahan. Penting untuk sedari kecil, memiliki mimpi besar. Gua kalo punya anak pengen jadi Polisi, gua bakal kritisi.

"Kamu mau jadi Polisi yang gimana, Nak?"
"Coba jangan jadi Polisi yang biasa aja"
"Kalau mimpimu jadi Polisi, jadilah pemimpin para Polisi yang bisa menginspirasi anak buah kamu untuk jadi lebih baik. Putuskan mata rantai keburukan di institusi sana"

Dengan begitu, gua yakin mimpi anak gua gak akan bisa selesai oleh dirinya. Tapi boleh jadi, anak gua udah memulai untuk menjalankan mimpinya tersebut. Pelan-pelan, dari teman-temannya, lalu ke atasannya, lalu berlanjut ke anak cucunya. Semua masih ingat keresahan dari anak gua, bahwa institusi Polisi harus dibereskan. Yang tidak baik, singkirkan. Yang baik, terus pertahankan.

Itu contoh yah.

Begitu juga kalo kita bicara aspek fundamentalnya, bicara mengenai peradaban. Gua selalu iri, bahwa kakek-buyut kita keren banget peradabannya! Sedangkan kami di sini, serasa terseok-seok mengikuti perkembangan jaman.

Kapan yah, kita bisa punya universitas termasyur yang isinya ilmuwan-ilmuwan seluruh dunia kayak di Cordoba masa lalu?
Kapan yah, kejayaan dinasti abbasiyah bisa terulang lagi? Dulu, nyari penerima zakat aja susahnya minta ampun.
Kapan yah, kapan yah, kapan yah. Terlalu banyak kapan yah kalau membandingkan peradaban keemasan muslim masa lalu, dengan masa sekarang.

Sekarang kondisinya sama. Mungkin generasi saat ini sedang berusaha, memperbaiki sistem demokrasi dan mengoreksi kebijakan negara yang acak adut tiap harinya. Tapi gua yakin, perjuangan ini gak akan selesai. Generasi sekarang bukan generasi Soekarno, yang tinggal memfinalisasi kemerdekaan, setelah sebelumnya sudah dimulai oleh perjuangan merebut kemerdekaan sejak Belanda hadir ke Indonesia.

Perjuangan kita belum, atau bahkan baru saja dimulai.
Teruslah berbagi keresahan.
Teruslah memperpanjang nafas pergerakan.

Hayaa alal falaah,
Mari meraih kemenangan!


Depok, 9 Juni 2020